Rabu, 19 Oktober 2011

TASAMUH

Konsep Dasar Tasamuh lstitah tasarnuh ( ﺘﺴﺎﻤﺢ ) berasal dari kata ﺴﻤﺢ, terdiri dari hurup sin, mim dan ha yang berarti kemudahan dan ketentraman. Dalam Kamus al-munawwir, kata ﺴﻤﺢ diartikan dengan di ﺴﺎﻫﻞ yang berarti bermurah hati. Kata ﺘﺴﺎﻤﺢ diartikan dengan ﺘﺴﺎﻫﻞ yakni, toteransi. Dalam Kamus Bahasa lndonesia, kata "toteransi" berarti bersifat atau bersikap menghargai kepercayaan, kebiasaan, ketakuan yang berbeda atau bertentangan dengan pendapat sendiri. Penyusun Websters menyebutkan bahwa kata toleransi berasal dari bahasa Latin "tolerare" lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris “to tolerate" yang berarti mengizinkan atau memperkenankan. Dan datam rnaknanya secera terminologis ialah to recognize and respect ather bellefs, orang action without necassarily agreeing”. Artinya, mengakui dan menghormati keyakinan atau perbuatan orang lain tanpa harus menyetujui.

Untuk Lebih lanjut silakan Download filenya di Sini Klik kanan Open new tab, Agar tetap di blog ini. Selengkapnya...

PERKEMBANGAN ISLAM DI INGGRIS

I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Tidak lama setelah wahyu llahi disampaikan kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw, dunia Islam menjadi salah satu wilayah terkemuka dan paling berpengaruh di muka bumi, baik dari sudut pandang sebagai agama, kebudayaan, pemikiran, maupun ilmu pengetahuan. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik Islam sebagai agama "rahmatan lil ‘alamin".
Islam dalam konteks rahmatan lil al-alamin, membawa seruan kepada semua umat manusia untuk kembali ber-Tuhan dalam kerangka tauhid, mengajarkan ajaran kemanusiaan, perdamaian, toleransi, dan inklusivitas dalam pergaulan pada setting sosial secara luas. OIeh karena itu, Islam (umat lslam) di samping dapat hidup berdampingan dan bekerja sama dengan penganut agama maupun bangsa lain dalam berbagai bidang dalarn rangka menciptakan kemaslahatan hidup bersama. juga tingkat akomodatif (penerimaan) pemeluk agama dan bangsa lain di dunia sangat tinggi. Dengan demikian, dalam beberapa abad kemudian Islam menyebar luas ke seluruh wilayah yang sangat berlainan di hampir seluruh dunia, dan tingkat perkembangannya sangat memperlihatkan tingkat perkembangan yang signifikan, baik dikawasan Timur, Barat Asia, maupun Eropa.
Khusus perkembangan Islam di kawasan Eropa, jika ditelusuri dari sudut pandang sejarah (perspektif historis), kehadiran Islam di Eropa dapat dibagi atas empat periode utama, yaitu:
Pertama, periode kekhalifahan Islam di Spanyol dan pemerintahan kaum muslim di beberapa pulau Mediterania, wilayah-wilayah kecil di Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. Periode ini berakhir dengan dikalahkannya tentara Islam oleh bangsa Norman di Sicilia dan ltalia Selatan pada abad ke-ll, serta tuntasnya penaklukkan kembali Spanyol dengan direbutnya Granada oleh penguasa Kristen padatahn 1492.
Periode kedua, berkaitan dengan penyebaran tentara Mongol pada abad ke- 13. Setelah pertemuan mereka dengan kaum muslim berlangsung beberapa generasi, sejumlah penguasa Mongol masuk Islarn. Salah satu dinasti muslim pada waktu itu adalah Dinasti Khan, yang berpusat di sungai Volga.


Periode ketiga, adalah periode ekspansi kekhalifahan Turki Utsmani ke wilayah Balkan dan Eropa Tengah sekitar abad ke-14 dan ke-15. Salah satu peninggalan terbesarnya adalah orang Turki yang hingga kini masih dapat ditemukan di Bulgaria, bekas Yugoslavia, Rumania dan Yunani.
Periode keempat, adalah periode kedatangan kaum muslim di Eropa Barat. Periode ini pada umumnya dinisbatkan kepada imigrasi kaum muslim dalam jumlah yang besar terutama ke Perancis, Jerman, dan Inggris pasca Perang Dunia II. Hal yang sama namun dalam jurnlah yang lebih kecil juga berlangsung di negara Eropa lainnya, seperti Belanda dan Belgia, negara Skandinava, dan negara di llropa Selatan.
Jika dilihat dari peroidesasi persentuhan Islam dengan kawasan Eropa di atas, maka komunitas kaum muslim di Eropa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu: Pertama, komunitas muslim lama di negara seperti Yunani, Bulgaria, Rumania, Albania, Yoguslavia, Hongaria, Polandia dan Finlandia. Kedua, komunitas muslim baru yang masuk melalui proses imigrasi ke negara industri di E,ropa seperti Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, dan Inggris.
Kaitannya dengan pembahasan makalah ini, secara khusus akan menguraikan perspektif sosio-historis dinamika perkembangan Islam di Inggris, sebagai kategori komunitas muslim baru di Eropa sebagaimana dikemukakan di atas. Kajian tentang dinamika perkembangan Islam di Inggris, sangat penting dilakukan, mengingat perkembangan Islam di wilayah ini mengalami perkembangan yang signifikan.
B. Rumusan dan Batusan Masalah
Pokok masalah dalam pembahasan makalah ini, adalah; bagaimana dinamika perkembangan Islam di Inggris. Dari pokok masalah di atas, dijabarkan ke dalam tiga sub masalah sebagai batasan pembahasan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah awal masuk dan berkembangnya Islam di Inggris ?
2. Bagaimana dinamika perkembangan Islam di Inggris dalam setting sosial budaya?
3. Bagaimana posisi umat Islam Inggris dalam konteks kebijakan politik global ?
4. Apa tantangan dan peluang yang dihadapi umat Islam dalam mendakwahkan Islam di Inggris ?

II. PEMBAHASAN
A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Inggris
Sejarah pertumbuhan komunitas muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di Prancis, yaitu melalui proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para pelaut yang direkrut oleh East India Cornpany (Perusahaan India Timur) dari Yaman, Gujarrat, Sind. Assam. tlen Bengal.
Setelah dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para pendatang muslim itu semakin lama semakin banyak dan rnulai membentuk pemukiman baru di kota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle), London, dan Liverpool. Komunitas muslim di negara itu memiliki akar budaya yang berbeda satu sama lain.
M. Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini" mengatakan imigran pertama ke Inggris adalah orang Yaman dari Aden. Mereka rnenghimpun diri di Cardif dan di situ membangun salah satu masjid pertama di negeri itu pada tahun 1870. Sebelum pergantian abad datang kelompok muslirn lain dari India dan menetap di dekat London, di sana mereka membangun masjid Shah Jehan di Woking.
Sekitar abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga telah berniaga ke kerajaan Inggris. Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s Baths” yang didirikan oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851). Selain pekerja dan pedagang, pada akhir abad ke-19 mulai masuk juga kelompok intelektual ke Inggris. Hal ini terlihat tatkala pada periode antara 1893 hingga 1908, sebuah jurnal mingguan bernuansa Islami dengan nama "The Cresent", mulai disebarkan di Liverpool. Pendiri jurnal ini adalah seorang muslim keturunan bangsawan Inggris yang bernama William Henry Quilliam, yang ditengah komunitas muslim dikenal sebagai Syekh Abdullah Quilliam, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia masuk Islam pada tahun 1887 setelah lama bermukim di Aljazair dan Maroko. william Henry Quilliam (Syekh Abdullah Quilliam) bahkan memelopori pembangunan sebuah masjid yang sangat aktif dan menjadi pusat dakwah di wilayah Inggris.
Di samping itu, pada tahun 1930-an, gagasan rencana pembangunan masjid pusat di London juga muncul sebagai respons atas pembangunan masjid di Paris pada tahun 1926 yangjuga mendapat perhatian dara Raja Goerge IV pada tahun 1944. Namun berbagai kendala seperti terjadinya Perang Dunia II dan masalah yang dihadapi pemerintah lnggris akibat kemerdekaan India dan Pakistan, menyebabkan pembangunan masjid tertunda hingga tahun 1970-an. Baru pada tahun 1977, Masjid Pusat London dengan Islamic Cultural Center (Pusat Kebudayaan Islam)-nya akhirnya diresm ikan dan dewasa ini menjadi terkenal.
Pertambahan jumlah masjid dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di Inggris sesungguhnya mencerminkan peningkatan jumlah komunitas muslim di Inggris. Peningkatan itu berhubungan erat dengan tahapan sejarah imigrasi kaum muslim secara besar-besaran dari berbagai negeri muslim ke Inggris tahun 1950-an, dan sebagai akibat penyatuan kembali keluarga imigran yang diterapkan awal dasarvarsa 1960-an, terutama dari India, Pakistan, dan Bangladesh. Selain itu, sehubungan dengan terbitnya "Commonwealth Immigration Act" (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962, yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga turut rnendorong laju migrasi ini.
Pada tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000 jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris mcniadi 82.000, dan pada tahun l97l sudah mencapai 369.000 jiwa. Dan saat ini. jumlah penduduk muslirn di Inggris sekitar 2 juta jiwa. Pendapat lain, dikemukakan oleh M. Ali Kettani bahwa pada tahun 1971, ada sekitar setengah juta muslirn di Inggris, atau 1,8 % dari jumlah penduduk. Angka ini pada tahun 1982 naik menjadi 1.250.000 muslim (2,2 % dari penduduk). Perkembangan ini tercermin dalam angk-angka dari sensus sepuluh tahunan, yang mencatat tempat lahir. Catatan pertama mengenai orang Pakistan dalam sensus ini menunjukkan angka hampir 5.000 pada tahun 1951, naik menjadi di bawah 25.000 pada tahun 1961. Sepuluh tahun kemudian, angkanya (kini untuk Pakistan dan Bangladesh) meningkat menjadi 17.000, dan 636.000 pada tahun 1991. Sensus 1991 menghasilkan angka-angka berikut yang berhubungan dengan negara kelahiran: Bangladesh 160.000; Pakistan 476.000; India 134.000, Malaysia 43.000, Arab 134.000; Turki 26.000; Siprus Turki 45.000, dan Afrika Sub Sahara 115.000; dan total 1.133.000. koreksi menunjukkan bahwa total penduduk berlatar belakang muslim pada tahun 1991, yaitu antara 1,25 dan 1,5 juta jiwa. Perkiraan lain dikemukakan oleh Philip Lewis, yang menyebutkan angka lebih besar, yakni sekitar 2 juta.
Pemukiman kaum muslim di Inggris tersebut di atas umumnya terkonsentrasi di kota besar. Di London, penduduk muslim merupakan komunitas kosmopolitan yang terdiri dari macam-macam latar belakang kebudayaan. Hampir separuh dari jumlah keseluruhan kaum muslim di Inggris tinggal di London dan wilayah sekitarnya. Sekitar dua pertiga sisanya bermukim di West Midlands, Yorkshire, Glasgow, dan wilayah-wilayah di sekitar Manchester.
Pola distribusi pemukiman muslim tidak merata, baik secara geografis maupun etnis. Kendati demikian, ada konsentrasi tertentu, misalnya penduduk muslim India di West Midlands, Arab dan Iran di Cardif Liverpool, dan Birmighan. Turki-Cyiprus di wilayah Timur London, serta Pakistan dan Bangladesh di Bradford. Begitu signifikannya komunitas muslim Pakistan dan Bangladesh itu di Bradford, sampai orang menyebutnya kota ini sebagai Islamabad-nya Inggris. Dari perspektif mazhab, muslim di Inggris mayoritas berrnazhab Hanafi, sisanya Syaf i, Ja'fari atau Ismaili. Selama periode pertama permukiman, titik berat pembagunan institusi muslim di Inggris adalah pendirian sarana peribadatan dan sarana untuk menyampaikan ajaran dan praktik ajaran.lslam kepada generasi penerus. Usaha ini cenderung terpusat di seputar masjid. Sehingga hal ini tidak mengherankan jika kemudian perkembangan jumlah masjid di Inggris dan sekitarnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Misalnya masjid pusat di London, masjid Shah Jehan Woking, Masjid Nour al-lslam di Cardiff, dan masjid-masjid di Conventry, Liverpool, Preston, Birmingham, Manchester, Nottingham dan dibeberapa wilayah lainnya.
Secara kuantitatif,, jumlah masjid di wilayah Inggris diidentifikasi oleh M. Ali Kettani, bahwa ada sekitar 100 masjid di daerah London Raya, 50 di Lancashire, 40 di Yorkshire, dan 30 di Midlands, ada 3 masjid di Skotlandia, dan 2 di Wales, serta 1 buah di Belfast. Sumber lain, mengemukakan bahwa berdasarkan catatan dr Registeral-General, sebuah departemen pemerintahan di England dan Wales mencatat jumlah masjid bertambah di Inggris dari tahun 1963 hanya berjumlah l3 buah, menjadi 49 pada tahun 1970, 99 pada-tahun 1975, 193 pada tahun 1980, 314 pada tahun 1985, dan 452 pada tahun 1990. Tentunya, dewasa ini terus mengalami peningkatan jumlah seiring semakin berkembangnya Islam di Inggris dewasa ini.
Di samping pembangunan ratusan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan jemaah setempat kaum Inggris juga memiliki berbagai macam organisasi keagamaan. Tak jarang di antaranya berskala lokal maupun nasional dengan lingkup kegiatan yang beragam. Mulai dari kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, hingga politik. Di antara yang paling terkenal adalah organisasi berjaringan luas seperti Jamaah Islami dengan anak organisasinya seperti United Kingdom Islamic Mission (Misi Islam Inggris Raya) dengan Islamic Foundation (Yayasan Islam)-nya yang terutama bergerak di bidang dakwah, pelatihan, penelitian, dan penerbitan. Mereka misalnya menerbitkan majalah dwi mingguan Impact International, di samping buku-buku terjemahan dan riset-riset dalam bidang ekonomi Islam.
Di bawah jaringan Jaringan Islam ini, ada iuga The Muslim Educational Trust (Yayasan Pendidikan Muslim) yang mengkhususkan diri pada penyelenggaraan pendidikan ekstrakurikuler bagi siswa muslim di sekolah-sekolah negeri. Di samping organisasi-organisasi keagamaan muslim lokal di atas, komunitas muslim Inggris mencoba merintis organisasi berskala nasional. Di sampig itu, ada pula The Islamic Council of Europe (Dewan Islam Eropa) didirikan pada tahun 1973, yang mensponsori konferensi tentang masa depan tata ekonomi Islam dan status minoritas muslim. Pada tahun 1982, lembaga ini berganti nama menjadi The Islamic Council (Dcwan lslam), yang mengeluarkan "Universal Islamic Declaration" (Dcklarasi Islam Universal), dan "(Universal Islamic Declaration of Human Rights " (Deklarasi Hak Asasi Manusia Islam Universal).
Ketika organisasi Islam di atas mulai merasakan perlunya semacam koordinasi berskala nasional yang lebih intens lagi, maka muncul organisasi muslim yang paling awal bertindak sebagai organisasi payung berskala nasional yaitu; Union of Muslim Organisations of the UK and Eire (Persatuan Organisasi Muslim Inggris dan Irlandia [UMO]) yang didirikan pada tahun 1970. Keberhasilan UMO ini dibuktikan dengan dibentuknya cabang-cabang di seluruh Inggris yang mervakili kehadiran mereka secara nasional yang beranggotakan sekitar 200 organisasi muslim hingga pada tahun 1982. Kehadiran UMO, selain mengadakan konfrensi tahunan, juga melakukan lobi kepada tokoh partai dan pejabat pemerintah yang mencerminkan iktikadnya untuk terlibat aktif dalam kehidupan sosial dan politik di Inggris.
Pada tahun 1980-an, muncul kemudian organisasi dari jenis yang lain, yakni The Council of Mousques in the UK and Eire (Dewan Masjid Inggris dan Irlandia). Organisasi ini dibentuk atas dorongan Rabitha al-'Alam al-Islami cabang London untuk merespon rencana kebijakan pendidikan multikultural yang dicanangkan pemerintah Inggris pada tahun 1985. Pada saat bersamaan, muncul juga Council of Imams and Mousques (Dewan Imam dan Masjid) yang didirikan atas inisiatif mantan direktur Islamic Cultural Center di London, Dr. Zaki Badawi. Sebelumnya, ia juga membentuk sebuah kolese muslim di London Barat atas kerja sama dengan Call of Islam Society dari Libya.
Di samping organisasi keagamaan di atas,terdapat pula beberapa organisasi keagamaan yang bersifat "sektarian", misalnya organisasi yang digerakkan oleh kaum muslim asal Pakistan yang lebih konservatif dibanding Jama’ah Islami adalah Ahl al-Hadis (Pengikut Hadis). Organisasi ini berpusat di Birmingham. Jaringan kegiatan lain organisasi muslim asal Pakistan adalah gerakan yang disponsori oleh kelompok Deobandi dan Barelwi. Dua kelompok ini sering terlibat dalam persaingan dalam hal memperebutkan jama'ah. Namun secara riil, gerakan tarekat Nakshabandiyah dan Chistiah di Inggris banyak dianut dari jama'ah Barelwi. Sementara itu, kegiatan jama’ah Tabligh. banyak dikaitkan dengan gerakan Deobandi. Baik gerakan Deobandi maupun Barelwi umumnya tidak mengenal struktur organisasi formal. Ikatan mereka terutama adalah ikatan kesetiaan jama'ah kepada imamnya.
Berdasarkan pada uraian dinamika keagamaan pada masa-masa awal perkembangan lslam di Inggris di atas, pada umumnya yang terjadi adalah tidak adanya susunan organisasi yang kuat ditingkat lokal maupun nasional. Bahkan tidak jarang para kaum imigran muslim tersebut melanjutkan persaingan kelompok etnis, jama'ah dan golongan dari negara asal mereka. Sehingga kondisi ini menyebabkan ketidak mampuan mereka membangun posisi bergaining dengan pemerintah Inggris demi mendapatkan perlakuan yang berkeadilan sosial di tengah-tengah minoritas kehidupan non muslim.
B. Dinamika Perkemhangon Islam di Inggris dalam setting sosial Budaya
Sejak akhir bad ke-19 dan awal abad ke-20, kaum muslim mulai menetap dan membangun komunitas di negara-negara Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar kedudukan kaum muslim di Eropa, dan dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim. Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islarn dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi.
Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islatn, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain; angka perpindahan agama yang tinggi. Hasil studi yang dirilis awal Oktober 2009 inijuga menemukan bahwa Eropa memiliki sedikitnya 38 juta Muslim yang membentuk lima persen dari total populasi benua tersebut. Menurut studi tersebut, Jerman memiliki pemeluk Muslim sebanyak 4,5 juta, Prancis sebesar 3,5 juta jirwa, Inggris sekitar dua juta orang, dan ltalia sebanyak 1,3 juk jiwa. Sisanya tersebar di beberapa negara Eropa lainnya seperti Portugal, Swedia, Belanda, dan Swiss.
Di Inggris agama Islam berkembang dengan pesat. Hal ini didukung dengan kepeloporannya dalam pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris mernpunyai Universitas Cambridge dan Oxford. satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam Ia mengganti namanya menjadi Pekus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Yahya Birt (was Jonathan Birt), anak Lord Birt, mantan bos BBC, mengungkapkan hasil penelitinnya bahwa, di Inggris saat ini terdapat 14.200 mualaf berkulit putih, yang datang dari kalangan bangsawan, pejabat sampai celeberitis. Mereka berbondong-bondong bersyahadat (memeluk Islam) oleh karena merasa gersangnya nilai-nilai kehidupan di Barat. Menariknya dalam laporan itu dikemukakan bahwa jumlah perempuan yang memeluk Islam jumlahnya empat kali lipat dari jumlah mualaf pria. Menururt survey, salah satu sebabnya karena mereka menilai Islam sangat memuliakan kaum wanita. Birt sendiri seorang doctor lulusan Universitas Oxford yang kemudian menjadi muslim dan aktif berdakwah di lnggris.
Perkembangan Islam di negeri ini sangat pesat dirasakan sebelum terjadinya Tragedi 11 September. Dari segi kuantitas bisa dilihat dari perkembangan yang disebut di atas. Demikian juga dari segi kualitas, kaum Muslim di sana tidak banyak mendapatkan kesulitan yang berarti tatkala berusaha mengimplementasikan keberagamaannya. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah Inggris yang secara tegas membebaskan seluruh warganya untuk memeluk dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Artinya, setiap warga negara Inggris tidak dibatasi dan dilarang untuk memeluk suatu agama apa pun. Negara tidak mengeluarkan agama resmi yang diakui oleh negara. Setiap warga negara dapat memeluk agama apa pun (termasuk di dalamnya tidak beragama sekalipun) walaupun agama tersebut baru, termasuk menjalankan seluruh ajarannya. Di samping itu, ini didukung pula oleh sikap masyarakat Inggris yang sangat tak acuh pada keberadaan agama selama mereka tidak merasa terganggu. Dari sinilah akhirnya perkembangan Islam begitu cepat.
Menteri dalarn negeri Inggris, Jackie Smith, mengumumkan bahwa jumlah kaum muslimin di lnggris pada tahun 2001 telah mencapai 1,6 juta jiwa dan diperkirakan setelah tujuh tahun ini jumlah umat Islam bertambah sedikitnya 400 ribu. Sehingga, jumlah keseluruhan umat Islam di Inggris pada tahun ini diperkirakan mencapai 2 juta. Pengumuman ini disampaikan oleh menteri dalam negeri Inggris dalam kunjungan resminya ke Ibu Kota Pakistan, Islamabad, senin (714) yang lalu. Selain itu, pengumuman ini juga telah diberitakan oleh sebuah surat kabar di Inggris, Dzajardiyan, pada hari Selasa. Surat kabar tersebut menjelaskan bahwa jumlah umat Islam di Inggris sekarang semakin mengokohkan kedudukannya di negara tersebut. Jumlah umat Islam di Inggris nomor dua setelah agama Nasrani. Umat Islam di Inggris sekarang mencapai 3,3 % dari seluruh penduduk Inggris. Bertambahnya Jumlah kaum muslimin di negara tersebut menunjukkan bahwa agama Islarn termasuk agama yang paling pesat perkembangannya dibanding dengan agama-agama lainnya.
Agama Islam di Inggris dalam beberapa dekade terakhir ini, juga sangat berkembang di kalangan akademisi dan universitas di berbagai perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan digelarnya berbagai kegiatan dan juga munculnya Islamic Society. Salah satunya kegiatan yang dilakukan University of Essex, Colchester dengan mengelar "lslamic Awarness" yang diisi antara lain dengan pameran pengetahuan pengenal Islam, pameran halal food dan konferensi Islam yang berjudul “lslam Beyon the Viel". Konferensi yang diikuti lebih dari 200 peserta, separuh di antaranya adalah warga Inggris digelar Islamic Society, lembaga mahasiswa Muslim di University of Essex, menawarkan Islam sebagai solusi.
Berkembangnya Islam di kampus-kampus di Inggris, juga tidak lepas dari iklim “Freedom of speech,” yang dianut oleh pemerintah Inggris. Sehingga banyak kegiatan yang dilakukan yang sifatnya dalam bentuk mimbar bebas, bahkan mereka juga aklif mengikuti kegiatan nasional, seperti konferensi British Muslim Council (MCB), demo anti perang, mengorganisir diskusi terbuka seputar masalah Palestina dan dunia Islam lainnya dan pemutar film Islami gratis produksi lran dan Mesir. Mahasiswa Muslim yang tergabung dalam ISOC juga berhasil memperjuangkan agar kantin di student union menyediakan makanan halal dan kampus menyediakan masjid atau ruangan untuk shalat Jumat dan mereka mendapatkan izin untuk ruangan dan fasilitas lain dari kampus untuk mengadakan kegiatan berkaitan dengan ibadah dan budaya Islam. Uniknya" setidaknya khususnya di Queen Mury, ISOC ini tidak ekslusif pada kelompok dan paham tertentu. Bahkan kawan kawan dari Syiah sekalipun ikut dalam kelompok ini.
Kegiatan mahasiswa muslim di kampus juga nampak dikoordinir Manchester ISOC (Lslomic Society), terdiri tiga kampus Uni of Manchester, Uni of Salford, & Mc'r Metropolitan Uni, seperti sosial event, Islamic circles, Arabic, Tajwid, Fiqh' dan juga mengelar National Islam awareness week. Mereka biasanya selain membuat acara sendiri juga panitia gabungan seperti pada kegiatan Fresher's week tiap September, ISOC stall di gedung student union. Manchester University juga sering mcngadakan drop-in session. Mereka yang berminat bisa bergabung atau sekedar bertanya mengenai Islam dan banyak lagi kegiatan khusus untuk sisters atau brothers evening. Umat Islam di Inggris menyebut saudara seagama dengan menyebutkan sister untuk wanita dan brother untuk kaum prianya. Islamic Society juga mengelar bazar buku, pakaian, makanan halal dan kebutuhan muslim, sholat jama'ah fardhu dan Jum'at, "Fajr Tree" yaitu saling membangunkan sholat Shubuh dengan mi.ss call ke HP terutama saat musim panas dimana waktu shubuh sekitar pukul 3 pagi. Banyak lagi kegiatan yang dilakukan bahkan mereka juga aktif mengikuti kegiatan nasional, seperti konferensi British Muslim Council (MCB), demo anti perang, mengorganisir diskusi terbuka seputar masalah Palestina dan dunia Islam lainnya, dan pemutar film Islami.
Selain itu pegawai PT Aneka Gas Industri mengatakan gejala maraknya kegiatan social budaya Islam di kampus-kampu tersebut juga ada hubungannya dengan kompetisi diantara mahasiswa untuk menempati posisi penting di student union atau senat mahasiswa. Kemungkinan lain lagi, banyak mahasiswa dari negeri muslim, Malaysia,Libya, Iran, Turki, Saudi, Palestina, dan negara lainnya yang kuliah di Inggris.
Din Syamsuddin, dalam kesempatan di London mengatakan bahwa perkembangan lslam di Inggris ini akan menjadi model bagi negara negara di Eropa, Din Syamsuddin lagi menambahkan bahwa Islam bisa menjadi jembatan dalam prkembangan peradaban di Barat. Bahwa perkembangan Islam di Britania Raya sangat pesat banyak kreativitas yang muncul seperti adanya Bank Islam, Lembaga sosial dan kemasyarakatan Islam dan juga mulai adanya pejabat yang beragama Islam didalam pemerintahan. Diakuinya sayangnya Islam di Inggris masih sulit dilepaskan dari identitas masing masing- negara yang membawanya dan bahkan warna Islam yang konservatif dinilai tidak sejalan dengan peradaban Barat. Diharapkannya , Indonesia dengan penduduk Islam terbesar oi dunia bisa menjadi jembatan , apalagi dengan dibentuknya Forum Indonesia-UK Advisory Group oleh pemerintah kedua negara hasil dari kunjungan PM Tony Blair saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006.
Pada saat ini umat muslim Inggris menjalin hubungan kerja sama dengan umat muslim Indonesia. Programnya adalah penukaran imam dan khotib yang disepakati dalam forum Kelompok Penasehat Keulamaan Indonesia- Inggris atau RI UK Islamic Advisory Group ( UK - IAG ) di atas. Selain itu adalah penterjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dialog antara agama dan aneka kegiatan.
Disamping organisasi-organisasi keagmaan muslim dan organisasi Islam yang tumbuh di kampus, juga ada beberapa organisasi-organisasi Islam lain yang banyak berperan mensosialisasikan Islam melalui gerakan dakwah dan kampanye budaya yang menarik bagi rakyat Inggris tentang Islam, sehingga banyak penduduk pribumi Ingggris yang tertarik mameluk Islam, di antaranya yaitu:
1. The Islamic council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan Eropa.
2. The Union of Moslem Organization ( Persatuan Organisasi Islam Inggris)
3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslirn Inggris)
4. Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian, beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.
Perkembangan Islam di Inggris di atas cukup mendapat apresiasi dalam setting kehidupan sosial budaya di Inggris yang sekuler dan mayoritas non muslim tidak terlepas oleh karakteristik ajaran Islam yang sangat toleran, inklusif, dan sangat menghargai hak-hak kemanusiaan. Maka wajar jika pangeran charles, putra mahkota Inggris; mengungkapkan apresiasinya bahwa prinsip-prinsip yang dianut dalam Islam akan mampu menyelamatkan dunia. Tidak ada pemisahan antara agama dan lingkungan. Kerusakan manusia dan lingkungan akhir-akhir ini, karena melawan prinsip seperti yang diajarkan Islam, ujar Charles sebagaimana dikutip Daily Mail, Kamis (10/6). Di Inggris dan di beberapa negara-negara Barat lainnya, kendati masih muncul sentimen negatif dan kecurigaan terhadap Islam, namun jumlah pemeluk Islam justru makin meningkat. Mereka sangat terkesan dengan wajah Islam yang sesungguhnya, yakni damai, santun, dan penuh toleransi.
C. Posisi umat Islam Inggris dalam Konteks Kebijakan politik Global
Pasca Tragedi 11 September 2001, yang ternyata memberikan dampak yang sangat hebat bagi Muslim di Inggris. Bukan lagi seputar isu, namun lebih dari itu, tindakan rasial yang selama ini hanya sedikit jumlahnya menimpa kaum muslimin di sana, setelah tragedi tersebut dari sisi kuantitas semakin sering dialami oleh kaum muslim di berbagai seldor kehidupan. Sikap rasis dilihat di tempat-tempat pusat kebudayaan lslam. Sering terjadi, sebagian dari kaum muslim yang bepergian mengalami tindakan serupa di bandar udara atau stasiun kereta api internasional.
Untuk meredam kemungkinan dampak negatif yang dialami komunitas muslim, sehari setelah serangan itu, Perdana Menteri Tony Blair menyatakan, "Tindakan yang tercela (pengeboman WTC) itu sangat kontras dengan nilai-nilai Islam. Mayoritas Muslim secara luas sangat luwes, orang-orang jujur, yang juga mengalami kengerian yang sama terhadap apa yang telah terjadi." Namun, pasca tragedi ini pula terjadi perubahan sikap pemerintah terhadap komunitas muslim. Saat ini telah ditunjuk secara khusus oleh parlemen Inggris beberapa tenaga ahli yang ditugasi untuk mempelajari Islam secara mendetil untuk membantu pengambilan keputusan politik yang terkait dengan komunitas Islam.
Dari sinilah posisi kaum Muslim di sana mulai mengalami sejumlah hambatan hingga marjinalisasi sistemik. Jika kita lihat lebih dalam, seolah-olah kebijakan yang diambil oleh PM Tony Blair terkait dengan kebijakan dalam dan luar negerinya bertentangan satu dengan lainnya. Namun, jika ditilik lebih lanjut, ternyata apa yang diambil justru saling menguatkan. Memang, jika ditilik dari kebijakan luar negerinya, Inggris cenderung memusuhi Islam. Kondisi ini tampak pada bagaimana "kengototan " Inggris bersama AS menggempur Afganistan dan Irak yang menyiratkan secara tegas kebenciannya pada Islam. Belum lagi jika ditilik dari akar sejarah, Inggrislah yang menghancurkan Daulah' Khilfah Islamiyah di Istambul Turki. Melalui konspirasi yang keji bersama antek-anteknya (Mustafa Kemal, dll), mereka secara berlahan tetapi pasti merongrong dan selanjutnya menggulingkan Khilafah sekaligus menggantinya dengan pemerintahan sekular ala Inggris.
Dari sini dapat dipahami mengapa dalam kerangka politik luar negerinya, lnggris begitu 'gelap mata' terhadap negeri-negeri Islam.Namun, kebijakan sebaliknya, yaitu melindungi warga muslim, diambil dalam kebijakan politik dalam negeri Inggris. Bukan hanya warga muslim yang sudah sejak lama menjadi warga negaranya, namun tokoh-tokoh muslim pelarian dari berbagai negeri muslim pun dapat dengan mudah mendapatkan suaka untuk selanjutnya melanjutkan aktivitasnya seperti yang dilakukan di negeri asalnya. Artinya, seluruh kaum Muslim, selama dia masih menladi warga negara Inggris, akan senantiasa dibela dan dilindungi, baik tatkala dia berada di dalam wilayah Inggris maupun bukan. Walaupun secara ide mereka sangat berseberangan atau cenderung bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah, mereka bebas melakukannya.
Kebijakan yang seolah-olah ambigu antara satu dengan yang lain, jika kita telusuri lebih jauh tidak bertentangan satu sama lain. Justru yang ada adalah sesuai dengan doktrin politik Iuar negerinya, yaitu melindungi keamanan dan meningkatkan pengaruh Inggris di dunia Intemasional, serta mendukung terciptanya suatu tatanan internasional yang tertib dan aman. Namun, secara praktis kebijakan di atas muncul sebagai akibat dari pertarna. institusi Inggris mengatur dan melindungi kebebasan setiap individu untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya. Pemerintah Inggris ingin tetap mencitrakan diri sebagai negara demokrai:s yang senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dan HAM. Oleh karena itu, setiap warga negara dijamin kebebasannya mengeluarkan pendapatnya walau berseberangan dengan pemerintah atau bahkan cenderung menghina. Sebagai contoh apa yang terjadi dalam demonstrasi menentang kebijakan Blair menggempur Irak. Para demonstran menggambarkan Blair sebagai kaki tangan Bush dengan replikasi Bush sebagai tuan sedangkan Blair sebagai anjing piaraan. Penghinaan ini tidak dituntut sama sekali oleh pemerintah. Kondisi ini menunjukkan betapa kebebasan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung tinggi. Tokoh-tokoh Islam dapat dengan leluasa tanpa ada rasa khawatir terkena undang-undang anti subversive menyampaikan ide-ide Islam yang notabene bertentangan secara frontal dengan ideologi sekular yang diusung oleh pemerintah Inggris. Dengan kebebasan ini pula, mereka dapat dengan mudah menyampaikan ide-ide Islam kepada khalayak ramai untuk kemudian mengajak mereka menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, untuk menghadapi politik Amerika. Kita tahu persis bahwa tokohtokoh Islam yang bersuara vokal tersebut pada intinya senantiasa menyerang politik AS. Kondisi ini menghasilkan keuntungan tersendiri bagi Inggris. Walaupun secara ideologi tidak ada perbedaan, terjadi perbedaan kepentingan antara Inggris dengan AS, baik dalam ekonomi atau dalam sejumlah hal lainnya. Perbedaan ini kemudian memicu Inggris mencoba menerjemahkan kebijakannya agar doktrin politik luar negerinya tetap tercapai. Di satu sisi Inggris adalah sekutu setia AS yang akan senantiasa diminta bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Namun di sisi lain, Inggris sebetulnya merupakan rival AS yang harus diperhitungkan. Kebijakan politik luar negeri Inggris yang hampir sama dengan AS jelas akan mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan. Contohnya adalah dalam kasus perebutan kepentingan ekonomi di kawasan Timur Tengah. Inggris sudah sejak lama menanamkan agen-agennya di Timur Tengah untuk mengamankan kepentingannya. Namun, sejak Perang Teluk I usai, kestabilan kepentingan dan keberadaan agen-agen Inggris di Timur Tengah mulai bergeser atau bahkan mulai terkikis oleh kepentingan dan agen AS. Ladang-ladang minyak dan hasil bumi lainnya mulai tersedot ke Amerika. Belum lagitingkat loyalitas para pemimpin dinegeri muslim.
Pada awalnya, bisa dipastikan bahwa mereka semua adalah agen Inggris. Namun, pasca Perang Teluk I kondisinya mulai berubah. Mereka mulai memberikan loyalitasnya kepada AS. Kondisi ini tentu sangat merugikan kepentingan Inggris. Dari sinilah mengapa pada akhirnya dengan masuknya para tokoh Islam yang kritis terhadap AS di Inggris justru menjadi 'berkah' tersendiri bagi Inggris. Keberadaan mereka kemudian disulap menjadi bentuk dukungan real dari salah satu komponen masyarakat untuk memenangkan persaingan dengan AS. Selain itu, mereka juga dijadikan tempat produksi 'senjata' kritik ampuh yang mudah didapat untuk digunakan mengkritisi kebijakan AS. Namun, justru kebijakan ini pun menjadi 'berkah' lain bagi perkernbangan Islam di Inggris. Dari sini tampak jelas, bahwa walaupun kelihatan bertentangan, pada hakikatnya.kebijakan luar dan dalam negeri Inggris tetap sama, yaitu untuk kemajuan dan kejayaan Inggris sendiri.
D. Tantangan dan Peluang dalam Mengembagkan Islam di Inggris
Sebagaimana dikemukakan, bahwa pertumbuhan muslim di Inggris terus berlangsung diesebabkan oleh datangnya kaum imigran dan konversi agama di kalangan penduduk pribumi yang banyak memeluk Islam dalam setiap tahunnya. Namun, perkembangan Islam yang meningkat cukup drastis itu koran dan majalah Inggris mulai menggerakkan isu menentang kaum muslimin. Majalah Time out terbitan London dalam nomor terbarunya mencetak covernya dengan bahasa Arab dengan nada tanya Apakah masa depan London di tangan lslam? Isinya sendiri menunjukkan ketidaksetujuannya dengan pertambahan jumlah penduduk muslim di negara ini.
Gordon Thomson Pimred majalah ini berusaha memberikan alasan mengapa ia memilih tema ini. Menurutnya lslam salah satu agama terbesar di dunia. Dan di antara kelompok minoritas di ibu kota Inggris, kaum muslimin punya tingkat pertambahan penduduk paling tinggi. Oleh karena itu, perlu menggerakkan kalangan non muslim untuk menghadapi kaum muslimin. Ia memberikan data bahwa pada tahun 2001 jumlah penduduk muslim di London adalah 607 ribu, saat ini lebih dari 1 juta setengah penduduk London adalah muslim dan sebagai ras dan dari negara-negara yang beragam. Ia mengingatkan bahwa peningkatan pertambahan penduduk ini membahayakan Inggris. Ia menambahkan, Kota London pada masa yang akan datang akan menjadi kota Islam. Ia meminta kepada non muslim agar melakukan aktivitas yang dapat menghambat lajunya pertambahan penduduk muslim ini.
Majalah ini dalam sebuah makalahnya yang mencoba menyentuh isu SARA dibuat judul seperti ini, "Mengapa London perlu Islam?" Dalam makalah ini diramalkan pada tahun 2021 akan terjadi revolusi Islam dan digambarkan suasana waktu itu. Gambaran London yang Islam pada tahun 2021 dibuat dalam pemberitaannya merupakan tantangan baru yang dihadapi umat Islam di Inggris. Dari sini juga memberikan gambaran bahwa komunitas non muslim Inggris banyak yang mengkhawatirkan kebangkitan Islam (phobi Islam) di Inggris.
Pasca tragedi WTC, terjadi pula perubahan sikap pemerintah terhadap komunitas Muslim. Saat ini telah ditunjuk secara khusus oleh parlemen Inggris beberapa tenaga ahli yang ditugasi untuk mempelajari Islam secara mendetil untuk membantu pengambilan keputusan politik yang terkait dengan komunitas Islam. Dari sinilah posisi kaum muslim di sana mulai mengalami sejumlah hambatan hingga marjinalisasi sistematik.
Pada tanggal l7 Februari 2010, surat kabar The Guardian melaporkan bahwa pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan rencana yang akan mengakibatkan ribuan lagi kaum Muslim bisa dianggap sebagai kaum ekstrimis. Proposal itu adalan sebuah strategi counter terrorism yang disusun oleh para menteri dan para pejabat keamanan yang direncanakan akan diungkapkan bulan depan. Sebagian orang mengatakan bahwa rencana akan membuat pemerintah memandang kebanyakan kaum MusIim di Inggris sebagai kelompok ekstrim.
Menurut sebuah rancangan strategi tersebut, yang dikenal dalam Whitehall seorang akan dianggap ekstrimis jika:
• Menurut sebuah rancangan strategi tersebut, yang dikenal dalam Whitehall, seorang akan dianggap ekstrimis apabila: Mereka mendukung kekhilafahan, yakni sebuah Negara Pan-lslam yang mencakup banyak Negara.
• Mereka mempromosikan Hukum Islam.
• Mereka meyakini jihad, atau perjuangan bersenjata dimanapun di dunia ini.
• Hal ini termasuk perjuangan bersenjata oleh rakyat Palestina melawan militer Israel.
• Mereka berargumen bahwa Islam melarang homo seksualitas dan hal ini merupakan sebuah dosa dihadapan Allah SWT.
• Mereka tidak mengecam pembunuhan para prajurit lnggris di Irak dan Afghanistan.
Bagian ini akan memperluas definisi kaum ekstrimis bagi mereka yang memiliki pandangan akan adanya pertentangan dengan apa yang didefinisikan oleh pemerintah Inggris sebagai nilai-nilai bersama Inggris. Rancangan ini masih sedang dirampungkan oleh para pejabat dan para menteri. Mereka yang dianggap sebagai ekstrimis tidak akan menjadi sasaran undang-undang kriminal, tapi akan dikucilkan dan tidak mendapat dana untuk masyarakat. Tidak heran jika tindakan-tindakan semacam itu akan gagal menghentikan meningkatnya kesadaran Islami yang saat ini sedang menggejala di seluruh dunia. Di tambah lagi banyak orientalis-orentalis yang sering melakukan distorsi ajaran Islam sehingga sehingga citra Islam menjadi rusak.
Tantangan yang sifatnya dari dalam Islam, yang kadang menghambat sehatnya gerakan dakwah Islam di Inggris adalah kaum imigran muslim masih sangat menonjolkan perbedaan kebiasaan dan sikap hidup yang terbawa dari negeri asalnya. Di samping itu juga, belum menyatunya potensi umat Islam dari trend pengkotak-kotakan dalam aliran dan paham keagmaan yang ada di Inggris. Namun, dibalik tantangan tersebut di atas, peluang ber-Islam dan mengembagkan Islam di Inggris pada perinsipnya terjaga. Paling tidak, jika dianalisis lebih jauh ada lima hak fundamental yang dijamin, yaitu, hak untuk menjalankan ajaran islam, hak untuk belajar, hak untuk mendirikan organisasi, hak untuk menyusu perwakilan independen, dan hak untuk naik banding hukum.

III. PENUTUP
Sebagai penutup dari makalah ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
Islam masuk di Inggris berawal pada akhir abad ke-l8 dan akhir abad ke-19, melalui pendaratan yang direkrut oleh East India Company, serta metalui proses imigrasi dari para pelaut dan pedagang dari Yaman, Indi4 Pakistan, dan Bangladesh. Dari kaum emigram muslim inilah membentuk komunitas muslim di beberapa titik dikota pelabuhan Inggris sampai meluas pada pusat kota London.
Perkembangan Islam di Inggris sejak awal sampai saat ini mengalami kernajuan pesat. Jumlah umat Islam di Inggris saat ini diperkirakan dua juta jiwa atau berkisar 3,3 % dari seluruh penduduk Inggris. Kaum muslim Inggris mayoritas tinggal di London dan sekitarnya, dan dua pertiga sisanya bermukim di west Midland, Cardiff, Liverpool, Yorkshire, Manchester, dan sebagainya. Dari persfektil. mazhab, mayoritas umat Islam Inggris bermazhab Hanafiyah, sisanya Syafi’iyah, Ja' fari, dan sebagainya.
Perkembangan Islam sangat cepat dan mendapat apresiasi dari penduduk pribumi dan bahkan pemerintah, dan mereka tertaik memeluk Isiam, tidak terlepas dari karakteristik Islam yang rahmatan li al-alamin, toleran, inklusif, menghargai hak-hak asasi manusia, dan sebagainya. Di samping itu, diidorong keingintahuan orang-orang non muslim untuk mempelajari Islam, sehingga mereka kemudian masuk Islam. Dewasa ini, fenomena berkembangnya Islam banyak bangkit di kampus-kampus, kantor-kantor pemerintahan, dan ditengah-tengah kehidupan social masyarakat Inggris secara Iuas.
Islam berkebang secara pesat di Inggris, tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Inggris yang memberikan peluang dan ruang kepada masyarakat Islam untuk menjalankan ajaran agama. Namun, pasca tragedi WTC 11 September, kebijakan politik pemerintah Inggris kurang menguntungkan Islam yang cenderung didiskreditkan, diperlakukan secara diskriminatif; cemohan, serta dimarginalkan secara sistemik.
Pesatnya perkembangan Islam di Inggris dewasa ini, tidak terlepas tantangan yang muncul selain dampak buruk dari tragedi 11 september, akan tetapi munculnya tokoh-tokoh pribumi Inggris yang fhobi terhadap Islam dan mengkhawatirkan secara berlebihan perkembangan lslam di inggris, sehingga mereka membangun wacana untuk membenci lslam, dan bahkah menghalang-halangi perkembangan Islam itu sendiri, baik melalui pendekatan kultural, sistematik, maupun kebijakan politik global.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, dkk.. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jilid 6 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Arsip al-Wa'i. http://hizbut-tahrir.or.id/2009/02/28/inggris-selangkah-lagi-menuju. perlakuan:kembali-inquisisi-ala-spanyol/ , diakses tanggal 11 Agustus 2010.

Darsh, S.M. Muslim in Europe. London: Ta-Ha Publishers, 1980.

Esposito, John L. The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World., Diterjemahkan oleh Eva Y.N., dkk. dengan judul. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. Jilid 2. Bandung: Mizan, 2001.

Hodgson, MarshalI G.S. The Venture Of Islam, Conscience and History in a World Civilization, yang diterjemahkan oleh Mulyadi Kartanegara dengan Judul, The Venture Of Islam Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia Masa Klasik Islam. Jakarta: Paramadina, 2002.

Ismail, Bustan. http://hbis.wordpress.com/2007/1211 l/perkembangan-islam-didunia/, di ekses tanggal 11 Agustus 2010.

Kettani, M. Ali. Minoritas Muslim Dewasa Ini. Cet.l; Jakarta: Rajawali Press, 2005.

Ramadhan, Tariq. Teologi Dialog Islam Barat Pergumulan Muslim Eropa. Bandung: Mizan, 2002.

Sisrvanto, Joko. http:4iokosiswantoTT.bloespot.com/2010/06/perkembangan-islamdi-dunia.html, di akses tanggal I I Agustus 2010

Sudibjo, Wisnu. http://wisnusudib-io.wordpress.com/2009/10/17/islam-di-ingeris-tumbuh-pesat-ditengah-sejumlah-ganjalan/, diakses tanggal ll Agustus 2010.

Tim Dakwatuna, http/www.mail.archive.cdnt/media dakwah@yahoogroups.com., diakses tanggal I I Agustus 2010.

Tohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Cet. I; Jakarta: Rajawali Press, 2004.

Uwik, Gus. http/:www. Infosyari'ah.wrodpress,com./Inggris Khawatir Perkembangan lslam, diakses tanggal 11 Agustus 2010.

Yaitm, Badri. Sejarah Peradaban Isktm. Jakarta; Rajawali Press, 2006.
Zeynita, Gibson. http://www.islamic-center.or.id/profil/497-islam-di-inggris-berkembang-dari-kampus, diakses tanggal 11 Agustus 2010.
Selengkapnya...