Rabu, 29 Februari 2012

Sumber-sumber Kebahagiaan

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumber-sumber kebahagiaan : 1. Amal salih. "Barangsiapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97).
2. Istri salihah. "Ya Rabb kami, anugerahkan kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan: 74). 
3. Rumah yang luas. Dalam sebuah hadits Rasulullah berdo'a: "Ya Allah, jadikan rumah kami terasa luas."
4. Penghasilan yang baik. Dalam sebuah hadits disebutkan; "Sesungguhnya Allah Maha Baik dan Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik." 
5. Akhlak yang baik dan penuh kasih kepada sesama. "Dan, Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada." (QS. Maryam: 31). 
6. Terhindar dari impitan utang dan sifat boros. "Dan, orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) merka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir." (QS. Al-Furqan: 67). "Dan, janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya." (QS. Al-Isra: 29). 


Sendi-sendi Kebahagiaan. Sendi adalah hati yang selalu bersyukur, lidah yang terus berdzikir, dan tubuh yang senantiasa bersabar. Syukur, dziki dan sabar, mengandung nikmat dan ganjaran. Kalaupun saya menghimpunkan ilmu para ulama, hikmah para bijak bestari dan syair para penyair mengenai kebahagiaan ini, niscaya Anda tidak akan mendapatkannya hingga Anda sendiri memiliki tekad bulat. Yakni, tekad untuk merasakan, merengkuh serta mencarinya dengan sungguh-sungguh serta berusaha untuk mengusir apa yang bertentangan dengannya: "Barangsiapa yang datng kepadaku dengan berjalan kaki, maka aku akan mendatanginya dengan berlari." (Hadits Qudsi). Salah satu tanda kebahagiaan seorang hamba adalah menyembunyikan rahasia dirinya dan merencanakan jalan hidupnya. Disebutkan bahwa ada seorang Badui yang mendapat kepercayaan untuk menyembunyikan sebuah rahasia dengan imbalan sepuluh dinar. Namun ia merasa tidak betah dengan rahasia tersebut. Kemudian dia pergi menemui pemilik dinar. Ia mengembalikan dinar itu, dan membuka rahasia yang dibebankan kepadanya. Kesimpulannya, menyembunyikan rahasia itu butuh ketahanan, kesabaran dan tekad yang kuat. "Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu." (QS. Yusuf: 5). Karena sesungguhnya titik lemah yang ada pada manusia adalah menyingkap lembaran-lembaran kehidupannya kepada manusia, menyebarkan rahasia-rahasia hidupnya kepada mereka. Ini merupakan penyakit lama, penyakit menahun yang menjangkiti manusia. Karena jiwa manusia memang cenderung untuk menyebarkan rahasia dan menyebarkan berita. Hubungannya dengan masalah kebahagiaan adalah bahwa siapa saja yang menyebarkan rahasia dirinya, maka umumnya mereka akan mengalami penyesalan, kesedihan dan kegelisahan. Al-Jahizh memiliki kata-kata sangat indah dalam kumpulan risalah sastranya berkenaan dengan soal menjaga rahasia. Karena itu saya anjurkan kepada para pembaca untuk merujuk ke tulisan-tulisannya. Dalam al-Qur'an disebutkan: "Dan, hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun." (QS. Al-Kahfi: 19). Wallahu a'lam bishawab. Wallahi taufik wal hidayah, semoga bermanfaat, Aamiin ya robb Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. posting oleh admin dari seorang yang mencintai kalian semua 

Syaid syukri alattas

Diambil dari kisah para datu dan ulama kalimantan

0 komentar:

Posting Komentar